Penikmat lembur LEBARAN

"Di, lo mulai libur tanggal berapa?"

"Kayaknya tanggal 13 bang, tanggal 12 gue terakhir masuk."

Berhubung karna gue nonmuslim, setiap tahun di hari lebaran, gue selalu tersiksa untuk lembur karna teman-teman kerja gue yang lain mudik.

Gue kerja di sebuah toko bakery, di daerah Jakarta Utara.

Gue berempat di sana. Beruntung yang 2 orang masih anak training, Aldi dan Rini, mereka belum dapat jatah cuti lebaran. Ardi cuti, gue, Aldi dan Rini menikmati bahagia di sela derita selama lebaran kali ini.

Karna mereka berdua masih baru, mereka belum bisa mengerjakan semuanya. Masih perlu didampingi, jadi tepaksa masa-masa itu gue wajib lembur dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam. Masa cuti 8 hari, terpaksa gue lembur full 8 hari, nikmat sekali.

"Ardi libur 8 hari, gue lembur dari pagi sampai malam gak mungkin selama 8 hari juga. Paling ntar lembur 3 hari, setelah itu sehari gue minta siang. Gue gak mau pingsan karna kecapean. Jadi lo berdua usahain untuk bisa ngerjain kerjaan pagi. Yang gak tau, nanya." Sebelum gue tepar, gue nitip pesan sama ke 2 partner gue.

"Kita mah udah bisa semua bray. Tinggal input DO, revisi barang, belum bisa. Sama packing kita kewalahan kalo pagi sendirian," Dengan pedenya Aldi yang udah 3 minggu traning ngomong begitu.

"Itu mah belum bisa semua kambing!!! Gak usah ngomong! Usahain harus bisa. Usahain... usahainn.... usahainn...." Gue ngomong agak drama sedikit, agar lebih menyentuh. Seolah kata 'usahain' itu sama dengan 'gue gak mau mati di lebaran ini'.

Gue melewati tanggal 13 dengan lembur sempurna. Aldi nemenin gue dari pagi sampai sore, dan Rini nemenin gue dari sore sampai malam. Yang gue suka dari mereka, keduanya bisa diajak kerja secara team. Gue ke toilet 2 jam gak masalah, katanya 'kalau lembur seharian, ke toilet 2 jam gak apa-apa'.

Tanggal 14 musibah datang. Gue bangun kesiangan. Jam 6.50 pagi. Gue telat. Gue bangun, ambil baju kaos, ambil kunci motor, ambil helm, cabut. Dari kos ke tempat kerjaan kurang lebih 10 menit. Sampai di sana gue buka pintu, anjir gue kaget. kagetnya gue saat itu sama kaya lagi duduk ketawa-ketawa sama pacar, tiba-tiba dia ngomong 'kita putus'. Gitu. Ternyata Aldi sudah datang, sudah ada di dalam dan lagi packing. "Lo ngapain ke sini bray?" Dia kaget juga ngeliat gue datang cuman pake celana pendek dan jidat masih bertuliskan 'bantal'.

"Harusnya hari ini gue lembur. Gue kira lu gak bawa kunci. Sorry, gue telat bangun."

"Gue punya kunci bray. Kan di laci ada 1 lagi, itu gue dikasih Ardi."

"Ooh. Gue balik dulu berarti. Mau mandi sama ganti baju."

"Lu kesini gak sekalian bawa handuk aja tadi bray, mandi disini aja."

"Garing lo!"

Gue balik lagi ke kos, bawa motor dengan santai. Sepertinya gue baru benar-benar bangun saat itu. Gue senyum-senyum sendiri sama kebegoan gue barusan.

Gue berangkat kerja untuk kedua kalinya jam 9 pagi. Dengan tidur yang cukup gue bisa melewati hari itu sampai malam dengan semangat.

Tanggal 15, di hari lebaran pertama, mulai kerja jam 10 pagi. Kita bertiga, para makhluk strong, yang tidak kenal lelah dan tidak kenal tanggal merah, berangkat di jam yang sama. Sebagai warga Indonesia yang baik, gue dan Aldi sampai di tempat kerja jam setengah 11, sedangkan Rini jam 10. Tapi karna Rini gak megang kunci, setengah jam dia cuman bisa nunggu di luar, sambil mondar-mandir gak jelas menanti kedatangan kita berdua. Ketika gue datang dan naroh motor di parkiran, Rini ada di sana. Gak tau dia ngapain di parkiran, dan gak tau juga ada berapa ban motor yang dia kempesin disana karna bete nunggu kita.

Seperti sudah direncanakan untuk telat, Aldi juga sampai di parkiran. "Lo baru datang kambing?" Sapaan perdana gue bukan selamat lebaran.


"Lo juga kan?" Aldi membalas sambil buka helm.

"Gue mah dari tadi. Rini ngapain dah di parkiran, bawa motor juga enggak."

"Gue dari jam 10 datang tau, gak tau gue mau ngapain. Makanya gue kesini aja," Rini ngomong sambil kita bertiga jalan menuju toko.

Abis naroh tas, Aldi ngeluarin makanan yang dia bawa dari rumah. Ketupat sayur. "Nih, gue bawa makanan bray, mak gue masak."

"Eh bray, selamat idul fitri ya," basa-basi gue sambil kita bertiga salaman. Mamanya Aldi paham banget kalo pagi ini gue belum sarapan.

Gue dan Aldi sibuk ngabisin makanan, sedangkan Rini sibuk berfoto.

"Udah kenyang Rin?"

"Belum, 5 foto lagi."

Iya, efek lembur di hari libur, kita suka gak nyambung.

Hari itu kita menghabiskan waktu dengan ceria. Kalimat 'selamat idul fitri' bertebaran dimana-mana, setelah kata THR yang sebelumnya jadi tranding teratas di semua jejaring sosial.

"Gak tutup mas?" Banyak dari costumer melempar pertanyaan begitu.

"Enggak bu. Kita cuti ganti-gantian. Nanti setelah siksaan ini, kita cuti juga," Gue selalu menjawab dengan kalimat yang sama.

Tanggal 16 dan 17, gue lembur full tanpa telat bangun. Nasi padang yang ada di sebelah toko selalu peduli sama perut gue di setiap jam 12 siang. Dengan harga 15 ribu, sudah bisa membuat perut gue buncit kembali dan juga membuat gue jadi bego untuk beberapa jam ke depan.

"Ini isi apa ya?" Salah satu costumer nanya bolu yang kita pajang di depan kasir.

"Emmm.. itu isi ayam bu," gue menjawab setengah sadar.

"Bolu coklat... geblekk, apaan isi ayammmm... " Rini langsung sambar sambil ketawa ngakak.

"Eh sory sorry, iya bolu coklat bu," Gue sambil ketawa juga menertawakan kebegoan gue sendiri.

"Ah... gegara nasi padang nihh.." menyalahkan nasi padang adalah tindakan yang paling tepat saat itu.

"Gila lu ka.." Rini ngetawain gue sambil beresin pesanan costumer itu.

Dari kejadian tersebut, gue harus mengakui bahwa kenyang benar-benar bikin bego. Itu bukan mitos, tapi fakta.

Ternyata strong gue cuman bisa 2 hari, tanggal 18 gue bangun kesiangan dan masuk midle jam 10 pagi. Rini sianak training yang teguh pada teori 'kesetaraan gender' tidak mempermasalahkan kesendiriannya masuk pagi. Angkat barang sendiri, packing sendiri, sambil menikmati lagu 'SYANTIK'.

"Asik, keren banget Rini. Udah bisa sendirian pagi. Keren," pujian yang gue lempar semata-mata cuman untuk membuat Rini bangga dan tidak menyalahkan gue karna midle ga ada konfirmasi sebelumnya.

"Tadi pagi gue kewalahan Ka. Angkat tenong sendirian, mana costumernya rame, receh di kasir abis pula," untung ketika ngomong gitu Rini gak meneteskan air mata.

"Oke BOSS, gue nyari receh sekarang."

Gue langsung otw ke pom bensin untuk nuker receh. Gue ngeri Rini kesurupan uang logam saking kebutuhan recehnya tidak terpenuhi.

Tanggal 19 gue masih melakukan kesalahan yang sama. Bangun telat dan midle lagi. Sepertinya Rini sudah paham kalau power gue lemah. Jadi sendirian pagi bagi dia tidak ada masalah. Itulah Rini, cewek jenong, petakilan, dan partner kerja yang baik, pengertian dengan kondisi gue. Berbeda dengan Aldi yang kadang telat masuk kerja hanya karna pergi ke rumah pacarnya dulu sebelum berangkat. Katanya dia wajib cium kening cewenya terlebih dahulu sebelum kerja, biar romantis. Dia ngomong gitu di depan gue sama Rini. Kita berdua dengerinnya sambil muntah-muntah. Romantis kagak, jijik iya.

"Ardi, lo mulai masuk kerja tanggal berapa?" Gue ngechat Ardi via whattsApp.

"Kayaknya tanggal 21 bang,"

"Ok."

Gue chat Ardi cuman mau mastiin siksaan dunia ini berakhir sampai kapan.

Tanggal 20 gue berangkat pagi, sebagai akhir dari keseruan ini. Gue lembur sampai jam 10 malam.

Gue mengatakan kepada kedua partner sejati gue bahwa yang boleh libur duluan setelah ini, gue. "Besok Ardi mulai masuk. Dia masuk pagi sama Rini, gue siang sama Aldi. Dan lusanya gue cuti. Hahahahha," gue ketawa jahat. Sambil guling-guling di lantai.

"Gue mah ntar bulan depan aja. Sekalian pulang kampung," Rini menimpali.

"Gue duluan dong, gue juga mau libur," Aldi kayak gak terima Rini yang libur setelah gue cuti.

"Berantem aja oy.. jambak aja, jambak," gue setiap ngeliat mereka berdebat, seru. Mereka selalu memperdebatkan hal-hal kecil.

Hari berganti, Ardi masuk kerja. Harapan gue minta oleh-oleh darinya, sirna setelah ngeliat mukanya yang lemes tak berdaya. "Gue di kampung gak ngapa-ngapain bang. Gak jalan-jalan sama sekali. Orang gak megang duit. Seruan disini," Ardi malah menyuguhkan curhatan-curhatan klasik untuk menutupi kesalahannya; tidak membawa buah tangan.

Gue balas aja dengan curhatan gue juga. Bercerita tentang apa yang kita alami selama 8 hari ini.

Oleh-oleh Ardi gak ada, yang dia bawa cuman canda tawa dan kerelaannya dihina sebagai jones sama Rini. Karna kebetulan Ardi baru putus dari ceweknya.

Tanggal 22 gue mulai cuti. Gue gak ada kesibukan lain. Gak kemana-mana, cuman menikmati libur di kos, dan menyibukkan diri dengan menulis tulisan ini.

Terima kasih telah membaca.
***

Mungkin Kamu Suka

Patah Hati dalam Rangkaian Kata: "Patah Hati Yang Kau Berikan"

Selamat datang para pembaca setia, Kali ini, mari kita tertawa sedikit meskipun membahas sesuatu yang serius. Kita akan membahas puisi yan...