Showing posts with label Cerita dalam gambar. Show all posts
Showing posts with label Cerita dalam gambar. Show all posts

Puisi – Perbedaan yang Kita Satukan, puisi cinta beda agama

 Menyatukan Perbedaan: Refleksi dalam Puisi "Perbedaan yang Kita Satukan"

Salam hangat para pembaca setia,

Kali ini, saya ingin mempersembahkan sebuah puisi indah karya Titto Telaumbanua berjudul "Perbedaan yang Kita Satukan". Puisi ini mengisahkan tentang perjalanan cinta yang penuh warna, di mana dua hati yang berbeda berusaha menyatukan rasa dan menjalani hari-hari bersama dengan segala suka duka yang mengiringi.

Menyiram Rasa dengan Canda

Kisah ini bermula dari canda tawa sederhana, di mana rasa yang tumbuh di hati yang berbeda mulai saling melengkapi. Dalam setiap kabar yang ditukar, pertemuan di waktu luang, dan ajakan makan malam, perlahan-lahan rasa itu semakin tertanam. Meskipun kesadaran akan perbedaan selalu ada, mereka tetap keras kepala menyatukan rasa dengan alasan yang mungkin hanya sebatas sementara.

Menulis Cerita yang Mendalam

Seiring berjalannya waktu, cerita mereka semakin panjang dan kisah-kisah yang terbentuk semakin dalam. Kenangan-kenangan berkesan tercipta setiap harinya, dari canda tawa yang tak terhitung hingga suka duka yang telah mereka lalui bersama. Segala cerita yang mereka alami menjadi dongeng yang indah di penghujung hari, membuat ikatan mereka semakin erat dan sulit dilepaskan.

Energi dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam ruang rasa yang mereka ciptakan, tanpa sadar sang kekasih telah menjadi matahari di setiap hari dan energi pada setiap semangat. Semua cerita yang ada seolah berpusat pada satu sosok, yang tanpa disadari telah menjadi bagian penting dalam hidup. Kata "sementara" yang awalnya menjadi dasar, kini terabaikan seiring berjalannya waktu, dan mereka masih sepakat pada rasa yang sama hingga bertahun-tahun lamanya.

Refleksi Akhir

Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan arti perbedaan dalam sebuah hubungan. Bahwa meskipun ada perbedaan, cinta mampu menyatukan dua hati dan mengajarkan kita untuk melihat setiap momen sebagai anugerah. Entah akan berujung pada kebahagiaan atau mungkin berbekas luka, yang terpenting adalah perjalanan yang mereka jalani bersama dengan ikhlas dan penuh kasih.

Mari kita nikmati dan resapi puisi "Perbedaan yang Kita Satukan" ini, serta merenungkan makna mendalam yang terkandung di dalamnya.

Dengan penuh kasih, Titto Telaumbanua

 

Perbedaan yang Kita Satukan

Karya : Titto Telaumbanua

 

Kenapa aku bisa bertahan?

Emm ... mungkin

Karena untuk pergi

Aku belum menemu alasan

 

Kita memulai dengan sekadar bercanda

Melengkapi rasa yang sama tumbuh pada hati yang

berbeda

Kita tidak berpikir panjang

Membiarkan arah rasa membawa

 

Perlahan-lahan kita menyiram rasa yang sedang tertanam

Saling bertukar kabar

Menemui ketika waktu luang

Dan mengajak makan malam

 

Ya ...

Kita sadar kita berbeda

Kita keras kepala sepakat menyatukan rasa

Dengan alasan hanya sebatas sementara

 

Kita menulis cerita semakin panjang

Kisah-kisah terbentuk semakin dalam

Di setiap harinya tercipta kenangan-kenangan berkesan

Ribuan canda tawa terlewatkan

Suka-duka susah-senang telah kita lalui bersama

Segala cerita yang kita alami menjadi dongeng untuk kita

di penghujung hari

Semakin erat dan kita susah melepas

 

Kita seolah terjebak di dalam sebuah ruang rasa

Tanpa sadar, kamu telah menjadi matahari di setiap

hariku

Tanpa sadar pula, kamu menjadi energi pada setiap

semangatku

Hingga pada semua ceritaku adalah kamu

 

Hal yang sama terjadi di kamu, bukan?

Kata sementara dari awal, terabaikan pada akhirnya

Hingga bertahun-tahun,

Dan kita masih sepakat pada rasa yang sama

 

Entahlah ...

Aku tidak tahu

Ini akan berujung ke mana

Kita hanya melihatnya sebagai anugerah

Dan pada akhirnya kita ikhlas

Mungkin akan menjadi bahagia

Mungkin juga akan berbekas luka


 

Puisi ADIKKU DAN AKU, Puisi terbaik untuk seorang adik

Perjalanan waktu sering kali membawa perubahan yang tak terelakkan dalam hidup kita. Dalam puisi "Adikku danAku," kita dihadapkan pada refleksi tentang perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu, terutama dalam hubungan antara saudara. Puisi ini menggambarkan perjalanan seorang kakak yang merindukan masa lalu ketika adiknya masih kecil, polos, dan ceria. Namun, seiring waktu, adiknya telah tumbuh menjadi seorang dewasa yang mandiri dan hebat.

Puisi ini mengajak kita merenungkan tentang makna ikatan keluarga, nostalgia, dan perubahan yang tidak bisa dihindari. Melalui baris-barisnya, kita bisa merasakan kerinduan sang kakak terhadap adiknya yang dulu, serta kebanggaan terhadap apa yang telah dicapai oleh adiknya sekarang. Puisi Adikku dan Aku ini adalah cerminan dari perjalanan hidup dan kenangan yang abadi.

 

ADIKKU DAN AKU

Karya : Titto Telaumbanua

 

Jauh sekali waktu melampaui

Adikku masih bayi

Masih di dalam gulita

Masih dengan dunia yang sederhana

 

Aku dan adikku sampai di tengah jalan

Aku bertolak mencari makna kehidupan

Di sini,

Aku membawa adikku di dalam maya

Masih anak-anak, imut, polos, dan ceria

 

Sementara terus berjalannya waktu

Lama sekali. Hingga aku kembali

Rindu akan kutuangkan sebentar lagi

Bahagia sedang bersamaku

 

Aku membawa kembali bayangannya

Adikku

Berharap adikku masih seperti dulu

Dan ternyata, adikku telah berbeda

Sekarang, adikku dewasa. Lelaki hebat

 

Adikku tidak lagi imut

Tidak lagi sebagai anak kecil yang membutuhkanku

Dan,

Aku merindukan dia

Adik kecilku


 

PUISI - BAGIMU AKU SIAPA? Puisi romantis tentang keraguan hati

Cinta adalah bahasa jiwa yang tak pernah berhenti berbicara.

Berikut adalah puisi cinta berjudul Bagimu, aku siapa?, yang menggambarkan keindahan, kesedihan, dan kegembiraan yang menghantui hati.


Bagimu, aku siapa?
 

Bagimu, aku siapa?

Kalimat sederhana sebagai ungkapan keraguan

Ragu terhadap posisi kita yang telah kita anggap

Posisi yang kita anggap layak kita dapatkan


Kamu yang terlalu berharap

atau dia yang tak pernah bisa untuk peka

Kamu berjuang dan dia tak pernah pedulikan

Kamu memberi perhatian lebih dan dia merasa risi

Hingga kamu menangis dan dia malah pergi

Bukan,

Lihat kembali yang terjadi

Mungkin terbalik ...


Kamu di posisi nomor satu

dan kamu tak pernah tahu

Kamu hanya butuh pengakuan akan hal itu

Padahal, segala sesuatu tidak perlu harus melalui

ungkapan, bukan?

Jadi, kamu harus lebih pintar saja membacanya

Karna, setiap orang mencurahkan sesuatu dengan cara

yang berbeda-beda


 

Cerita dalam gambar || 3. Hari pertama jadi alumni


Foto ini lahir sekitar bulan April 2014, hari terakhir gue di SMA. Jadi, tiga hari setelah UN besoknya kita ke sekolah. Dan yang terjadi, ruang kelas kita udah didiami oleh anak-anak kelas 10  yang sebelumnya ruang kelas mereka lebih hina dari ruang kelas lain. Baru sehari, kita sudah dianggap alumni.

Dengan tidak diterimanya kita oleh para guru dihari itu, akhirnya kita bermarkas di kantin sudut sekolah. Kita memesan bakwan terakhir di kantin itu karna berikutnya kita gak jajan lagi ke situ.

Kita pulang sekitar jam 10 pagi. Di jalan kita berencana untuk main ke rumah salah satu teman kita, berharap kita di tawarin untuk makan siang di sana. Sampai di rumah yang penuh harapan itu, kita sepakat untuk membuat mie instan dan patungan untuk membelinya.

Kita sekitar  8 orang. Yang ngurus mie anak-anak cewek, sedangkan kita, cowok, menghabiskan waktu kebersamaan terakhir itu dengan seru-seruan. Salah satu keseruannya seperti di foto ini.

Foto ini diambil ketika gue dan Darwin (makhluk terpendek di kelas gue dulu) berhadapan. Gue minta teman gue yang sedang megang hp untuk fotoin. Dengan tiba-tiba gue melakukan tendangan  kearah kepala Darwin. Setelah melakukan itu, gue hampir terjatuh dan merasakan sakit di selangkangan.

Setelah hari itu, gue dan Darwin gak pernah ketemu sampai tulisan ini gue buat. Mungkin akan bertemu, tapi bukan sekarang.
***

Cerita dalam gambar || 2. Selfie masa SMP tahun 2010


Foto ini ketika gue ke Medan bulan Juni 2010. Waktu itu gue masih kelas 2 SMP, mau naik kelas 3. Udah 8 tahun yang lalu. Saat itu kumis sama bulu ketek gue baru mau numbuh.

Gue mau cerita sedikit tentang pengalaman gue di foto ini. Gue ke Medan besama 9 teman lainnya yang berbeda sekolah, sebagai utusan lomba olimpiede mata pelajaran tingkat propinsi. Jadi kita sebagai utusan dari kota Gunungsitoli. Dari sekolah gue 2 orang, 8 orang lainnya dari sekolah lain. Itu perdana gue naik pesawat. Dan saat itu gue baru tau kalau pesawat gak ada ngetemnya.

Yang kerennya lagi, ketika teman-teman gue ngelihat foto ini. Selain muka gue yang masih imut, juga pose gue yang model selfie. Selfie mulai merambat di Indonesia sekitar tahun 2012 ketika android masuk dan berkembang. Dan gue udah menggunakan pose selfie di tahun 2010.

Ketika gue udah di Jakarta, dan teman-teman gue yang dari Bekasi ngelihat foto ini. Yang membuat mereka heran adalah di tahun gue udah bisa berpose selfie, di tahun yang sama mereka malah belum mengenal yang namanya selfie. Sebenarnya yang duluan melek teknologi yang mana sih? Daerah gue atau pulau Jawa.

Dan mereka nggak pernah tau kalau waktu ngambil foto ini gue pake kamera belakang.

***

Cerita dalam gambar || 1. TMII, muka polos

Tanggal 28 Mei 2015, gak terasa foto gue yang ini udah berusia hampir 3 tahun, kalau ibarat bang Toyib, sekarang udah balik ke rumah. Waktu itu gue jalan-jalan ke Taman Mini dengan Pius dan Yulius.
***
Saat itu hari Kamis yang kebetulan jadwal libur gue di kerjaan, gue dan Pius berencana main ke Pondok Gede tempat pertama gue di Jakarta dan tempat Yulius ngontrak. Seingat gue, kita berangkat malam Kamisnya dan nginap di tempat Yulius.
***
Besok sorenya kita baru berangkat ke Taman Mini, dan itu pertama kali kita bertiga pergi ke sana. Kita naik angkot, dan biasanya dulu kalau kita naik angkot bareng sesama anak Nias, kita suka ngomong bahasa Nias ga jelas, ngeledekin penumpang lain dengan bahasa Nias, orang mereka ga ngerti ini bahasa kita, dan itu yang kita lakuin saat itu.
***
Di Taman Mini, kita keliling melewati masing-masing rumah adat dan ciri khas daerah disetiap propinsi yang ada di Indonesia, dan salah satunya kita melewati rumah ada Nias, bersama dengan lompat batunya. Sebenarnya ada banyak gambar yang kita ambil, tapi yang ini gue pilih karna muka gue masih keliatan polos.
***
Udah!!!

Mungkin Kamu Suka

Patah Hati dalam Rangkaian Kata: "Patah Hati Yang Kau Berikan"

Selamat datang para pembaca setia, Kali ini, mari kita tertawa sedikit meskipun membahas sesuatu yang serius. Kita akan membahas puisi yan...