Kita bertiga dari Bandung, 2 hari 1 malam (5’6.5.18). Gue, anak bogel dari Nias; Eka, makhluk Tuhan yang apa-apa selalu laporan ke ceweknya; Pak Yudi, pria buncit yang bertanggung-jawab atas perjalanan kita bertiga.
Kita berangkat pagi Sabtu. Entah kenapa nasib kita sedikit tidak beruntung. Kita cuman kebagian mobil travel yang murah. Ibarat toilet, yang terbaik toilet mall, kita cuman dapat toilet SPBU. Sangat ekonomis tingkat rakyat jelata.
Di dalam tiket kita berangkat jam 10 pagi, dengan durasi ngaret setengah jam, jadi kita fix berangkat jam 10.30. Dengan udara AC mobilnya yang kurang dingin, ditambah cuaca siang hari yang lumayan panas, dan macet jalanan yang jalannya cuman bisa merayap, lengkaplah kenikmatan liburan kita ke Bandung.
Kita sampai di Bandung sekitar jam 5 sore. Akhirnya siksaan semi neraka di dalam travel itu kelar juga. Kemudian kita pesan grabcar untuk menuju hotel. Kebetulan sopir grabcarnya masih anak muda, jadi kita diajak ngobrol dengan logat Sundanya. “Baru balik kerja A?” Sopir grabcarnya sok kenal.
“He e,” bahasa sunda yang gue tau cuman itu.
“Enggak. Kita dari Jakarta, baru sampe. Urusan kerja juga.” Kata Pak Yudi, si pria buncit itu.
“Ooh.. baru pertama ke Bandung A?” Sopirnya masih melanjutkan interview.
“Gak sih kang. Waktu itu pernah ke Bandung, cuman udah lama.” Pak yudi menjawab sambil mencari kesibukan sendiri denga buka HP.
Dialog kita terhenti untuk beberapa saat.
“Gue ke Bandung pengen liat lautan api, disebelah mana ya kang?” Gue mencoba ngeluarin guyonan untuk memecah keheningan kita.
“Lautan api A?? di bawah agak jauh dari sini. Stadion kan?” Sopir grabnya menjawab dengan serius.
“Oohhh,” gue hanya menjawab begitu sambil menatap Pak Yudi.
“Kalau gue mau nyari peyem!” Pak Yudi mencoba bercanda juga.
“Kalau peyem dekat sini A. Biasanya dijual di jejeran jalan ini.” Sopirnya lagi-lagi jawab serius.
“Maksud saya Peyempuan.”
“Hahaha… perempuan A? itu mah banyak di kampung saya A. banyak gadis-gadisnya. Main ke sana aja A.”
Rasanya pengen gue tonjok sopir grabnya. Sambil teriak, “Buat lo yang gak bisa ngebedain becanda sama serius!!!”
Sampai hotel, ketika berada di loby, 1 orang satpam memperhatikan kita dengan agak curiga gitu. Mungkin dalam hatinya, “Udah homo, mainnya bertiga lagi!!!”
Gue mengingatkan Pak Yudi tentang kita bertiga, “Pak, ini malam Minggu. Gue gak mau dicap homo sama orang-orang Bandung. Kita jalannya agak jauh-jauhan ya, jangan deketan. Apalagi pegangan tangan.”
Pagi Minggunya kita berangkat ketempat tujuan utama kita berada di Bandung. Ikut dalam acara Grand opening Vincake, toko cake baru milik Vino G. Bastian. Kita sampai di sana jam setengah 8 pagi. Rencana Vino dan istrinya akan sampai di sana jam 9 pagi. Kita siap-siap, tamu dan para fansnya Vino mulai berdatangan. Tapi namanya artis, ngaretnya Vino lebih parah dari mobil travel gue kemarin. Vino baru sampe di tempat itu jam 12.30 siang.
Acaranya meriah. Para peliput dari berbagai media TV datang. Juga para blogger dan orang-orang yang gak berkepentingan ikut memeriahkan acara itu. Termasuk kita yang sebenarnya gak begitu dibutuhin di sana.
Vino mulai berbicara dengan suara khasnya, serak-serak kasar. Suara yang kalau kita dengar bawaannya pengen nyodorin air minum. Dia bercerita tentang asal mula rencananya bikin toko cake, bercerita tentang rasa khas cake barunya, tapi soal film terbarunya, wiro sableng, dia gak cerita. Kemungkinan, dia lagi lupa bawa kapak 212 nya.
Acara selesai sekitar jam 5 sore. Jam 6 kita langsung nyari travel untuk balik ke Jakarta. Dan sialnya lagi, kita dapet mobil travel yang sama pas kita berangkat. Semi neraka dimulai kembali.
Kita berangkat dari sana jam 8.30 malam, dan sampai di Jakarta jam 12 malam. Capeknya kita terbayar setelah turun dari mobil, dan disebelahnya ada warung kopi. Sungguh nikmat teh hangat warung kopi ini.
***
Terima kasih untuk cerita yang tertulis selama 2 hari ini.
No comments:
Post a Comment