Baru tau, JOB FAIR itu seperti apa

Kali ini gue mau menulis tentang pengalaman sehari gue yang sebenarnya sama dengan cerita-cerita gue sebelumnya. Gak berfaedah.

Hari itu hari Kamis, Minggu pertama di bulan mei tahun 2018; (Terlalu formal ya??). Gue udah ada janji sama teman kerja gue, namanya Devit, untuk menghadirkan cerita baru hari ini. Kita rencana pergi ke Job fair daerah bekasi. Info Job fair ini berasal dari group chat whatsApp Devit, dan dia ngajak gue untuk kesana. Alasannya entah cuman buat temenin dia doang, atau biar gue ada pengalaman tentang job fair - job fair gitu. Yang pasti, malam sebelum kita kesana, dia bikin jempol kanan gue keseleo dan mengalami cidera sampe pagi. Dia nyuruh gue nulis surat lamaran kerja sebanyak mungkin. Dengan semangatnya gue, akhirnya 2 lamaran terselesaikan.

Rencana jam 8 pagi, kita harus udah berangkat dari Pulogadung, karna acaranya dimulai jam 10 pagi. Berhubung kita berdua masih bego soal jalanan Jakarta dan Bekasi, dimana kita hanya mengandalkan google maps, makanya kita memilih berangkat sedini itu.

Tapi, kondisi berkata lain. Gue baru bangun jam setengah 8 pagi. Gue buka HP dan ngebaca chat dari Devit, katanya dia udah mau nyampe di tempat gue. Dia naik Busway.

Gue salto dari tempat tidur, langsung ke kamar mandi, cuci muka, trus beresin berkas-berkas yang akan gue bawa nanti.

"Yahh.... surat keterangan dokter gue sama Devit."

Sambil nunggu Devit sampe di halte perjanjian, gue pergi ke tempat fotocopy untuk kelengkapan berkas gue. Kemudian gue jemput dia di halte. Dari jauh, gue ngeliat sosok makhluk bawa helm keluar dari busway. Fix, ini Devit. Gak mungkin ada manusia lain sepea itu selain Devit.

Dari jauh dia ngeliat gue, dengan melukis senyum manis dibibirnya, seolah gue 2 sejoli baru bertemu setelah bertahun-tahun pisah.

"Lo belum rapi kampret?" Dia ngeluarin basa-basi pertama.

"Masih lama ini. Ayo." Gue nyalain motor dan Devit naik.

"Lo gue tinggal di warung kopi ya. Lo jangan ke kost gue, lagi berantakan. Anak-anak cewe lagi masak, jadi model kamar gue lagi kaya dapur gitu. Gue mau rapi dulu." Gue pake alasan gini biar di gak tau gimana keadaan kamar gue yang sesungguhnya yang kaya kandang kamb*ng.

"Ya. Jangan lama. Udah mau setengah 9 ini."

Gue ninggalin Devit di warung kopi dekat kost gue dan gue langsung menuju kost. Dari tatapannya ketika gue tinggalin itu, mimiknya seolah berkata, "Anjing nih anak. Gue udah buru-buru biar on time, dia malah nyantai."

Sekitar setengah jam, gue samperin dia dalam keadaan siap berangkat.

"To, lo ada duit kecil gak? Gue ga ada receh buat bayar kopi," dia menerima kedatangan gue dengan malakin selembar goceng di dompet gue. Wahh, awal yang kurang baik.

"Ayo!" Devit naik seperti gak terjadi apa-apa.

"Eh, kita fotocopy surat dokter gue dulu. Lo udah bawa kan?" Gue mencoba mengingatkan Devit.

"Ntar aja To. Kita udah telat ini. Ntar aja disana. Kayak gak ada fotocopy disana aja."

Akhirnya kita berangakat tepat jam 9 pagi. Untuk ukuran negri kita, ngaret 1 jam masih hal wajar.

Gue yang jadi driver, sedangkan dia di belakang gue bertugas ngeliatin google maps untuk memantau rute kita. Tapi baru sekitar seperempat jalan, gue minta untuk pake headset aja, gue colokin ke hp yg dia pegang, karna gue lebih percaya suara google maps dari pada suara makhluk yang bawa helm di atas busway ini. Tapi gue masih tetap nyuruh dia untuk sembari memantau dari layar Hp.

Bagaimanapun juga gue harus mengakui bahwa suara google maps itu bikin hati adem. Juga penyabar. Dia rekomendasi belok kiri, tapi kita belok kanan, tegurannya tetap bernada sabar, "Belok kiri." Dan meski kita tetap ke kanan, dia bakal ngubah rute untuk nyambungin lagi ke arah tujuan kita. Gue yakin, sabar ada batasnya. Gue tinggal nunggu aja google maps ngomong kasar dengan nada sabar, "Belok kiri goblok."

Sekitar 1 jam kita menikmati perjalanan bersama suara google maps, akhirnya kita sampe di tempat tujuan dengan on time. Sekitar jam 10an. Ternyata jobfairnya di dalam mall, dan info yang kita dapat acaranya berada di lantai 2.

Masih dengan Devit di belakang gue, kita masuk dan mencari tempat parkir. Agak lama kita muter-muter hingga akhirnya kita menemukan basement untuk parkiran.

”Vit, matiin google mapsnya goblok. Di telinga gue brisik banget ini. Sudah sampe tujuan mulu ngomongnya.”

Kemudian kita mencari pintu masuk mall. Dengan sok pedenya gue di depan. Gue gak mau terlihat kaku di mata Satpam disini. Masa anak dari Jakarta masuk mall masih kaku?! Waktu itu, gue kepleset karna lantainya licin. Gue rasa kepleset dikit itu hal wajar.

Di sana kita keliling mencari tempat acaranya. Ketika kita sedang di eskalator, 1 orang dari belakang menegur, “Mas, tempat Job fair dimana ya?”

Gue bertatapan sama Devit. “Ikut kita aja mas, kita juga mau kesana.”

Kita bertiga bareng nyari tempatnya. Dari jauh kita melihat ada yang lagi rame di lantai atas.

“To, gue mencium aroma job fairnya di atas sini. Ayo.” Devit sembari melangkah ke eskalator.

Semakin dekat, kita melihat muka-muka yang ada di sana seperti muka-muka pengangguran. “fix! Ini dia tempatnya Vit.”

Sedikit kita merasa minder, melihat yang lain berpenampilan menarik dan sepertinya kebanyakan dari mereka sudah bergelar sarjana. Ketika gue tanya sama orang yang nempel sama kita sejak dari eskalator pertama, ternyata dia lulusan S1. Tapi minder kita berdua hilang ketika teman baru kita si S1 itu masih bingung dan nanya-nanya hal bego ketika ngisi formulir pendaftaran.

"Mas, ini pilihan pendidikan terakhir, diceklis atau disilang ya?"

"Dijilat mas!!!"

Beberapa fase kita lalui, hingga akhirnya kita diarahkan ke ruangan tempat dimana beberapa PT yang akan merekrut karyawan baru berada. Ada sekitar 15 PT. “Owh… seperti ini yang namanya Jobfair???” Gue berbisik di telinga Devit.

“Iya To, kayak pasar yang berjejeran jajanan gitu ya.”

"Hahaha. Ada yang jual es teh manis gak ya?"

Kita berdua mencari PT yang kita suka dan sesuai dengan kriteria kita, untuk kita taroh surat lamaran disana. Gue yang tingginya cuman 120 mm ini, jadi susah untuk hal-hal begini.

Ada 1 PT, yang persyaratannya cuman melihat nilai rata-rata UN. Gue dan Devit tertarik untuk naroh disitu. Gue yang gak bego-bego amat waktu SMA berhak untuk mendaftar. Tapi sayangnya Devit enggak.

“Nilai rata-rata UN gue gak mencukupi To.” Devit sembari ketawa. Kalimatnya itu sama kayak dia ngomong ke gue, “Waktu SMK, gue bego kampret!!”

“Ya ialah. Kalo Nilai lo gede, gak mungkin tadi lo bawa helm di dalam busway. Yaudah, cari yang lain lagi.” Kita muter mencari PT lain.

Beberapa nama PT udah kita lewatin. Akhirnya Devit menemukan 1 PT yang tepat.

“To, kita taroh disini satu. Ini PT baru, peluang diterimanya besar.” Devit ngeluarin berkasnya dari tas.

“Vit, bentar dulu deh. Kita nyari fotocopy dulu. Berkas gue belum lengkap. Surat keterangan dokter gue tadi belum di fotocopy.”

“Gampang To, gue taroh dulu lamaran gue. Baru ntar kita cari fotocopynya.”

Gue hanya diam. Menyesali kenapa gue harus ikut bersama sibangsat ini.

Setelah dia selesai naroh berkasnya, gue narik tangannya untuk keluar dari sana dan mencari fotocopy terdekat. Kita keluar dari mall. Kita Tanya Satpam tempat fotocopy dimana. “Paling adanya di sebelah sana mas. Setelah gedung ini.”

Kita berjalan sesuai arah yang ditunjukkan Pak Satpam yang baik hati itu. Agak jauh kita berjalan, dan masih belum menemukan tempat fotocopynya. “Vit, harusnya kita gak usah nanya sama satpam kampret itu.”

 Kita terus berjalan, berharap tempat fotocopy segera dipertemukan dengan kita berdua. Alangkah susahnya mencari tempat fotocopy di Bekasi. Harusnya tadi sebelum berangkat, gue gak ngikutin kata-kata makhluk yang nilai UNnya kecil ini.

Hampir kedua kaki kita mau ngambek dan gak mau diajak jalan lagi, mata kita ngeliat tempat fotocopy di depan. Terima kasih Dewa, Engkau sudah naroh fotocopy juga disana.

Setelah semua beres, kita langsung kembali ke tempat jobfair. Gue naroh berkas di PT yang Devit rekomendasi tadi. Kita nyari PT lain lagi, sambil mendengarkan ocehan dari Bapak penyelenggara acara. Dia sedang memberikan seminar kepada kita para pencari kerja tentang membuat CV yang baik dan benar.

Beberapa jam kita disana, akhirnya selesai juga dengan membawa sertifikat mengikuti seminar job fair. Kita turun, keluar gedung, langsung menuju grobak es buah. Karna hanya es buahlah yang bisa ngerti hawa panas siang hari di Indonesia ini. Selain senyum adem dari Via Vallen.

Setelah mengeksekusi es buah, kita menuju basement, tempat motor kita. kita keluar dari sana, rencana langsung berangkat ke tempat kerja kita di daerah Jakarta Pusat. Dan hal yang tak terduga, Devit tidak ikut. Katanya dia mau naroh lamaran kerja di tempat lain lagi. Gue iyain, dan gue turunin dia di depan jalan raya.

Berikut gue tau, ternyata Devit pergi ke rumah cewenya.

***

3 comments:

  1. Gue gak bego2 amat kan yakk.. buktinya ada yang llusan S1 tanya yang seharusnya dia udah paham

    ReplyDelete

Mungkin Kamu Suka

Patah Hati dalam Rangkaian Kata: "Patah Hati Yang Kau Berikan"

Selamat datang para pembaca setia, Kali ini, mari kita tertawa sedikit meskipun membahas sesuatu yang serius. Kita akan membahas puisi yan...