Menyelami Kehidupan Lewat Puisi "Si Kakek Tua"
Salam hangat para pembaca setia,
Hari ini, saya ingin berbagi sebuah karya puisi yang menggambarkan kehidupan seorang kakek tua yang tegar dan penuh kebijaksanaan. Puisi ini menceritakan tentang pasrah, perjuangan, dan penerimaan nasib yang mendalam dari seorang kakek tua. Melalui kata-kata yang sederhana namun menyentuh, saya berharap puisi ini dapat membawa Anda pada perjalanan refleksi dan pemahaman tentang arti kehidupan.
Kehidupan yang Menyentuh Hati
Puisi "Si Kakek Tua" mengajak kita untuk merenungkan perjalanan hidup seorang kakek tua yang telah melalui berbagai lika-liku kehidupan. Dengan penuh kepasrahan, beliau menerima takdir yang digariskan sambil terus berjuang untuk tetap bertahan hidup. Mengutip benda-benda yang mungkin dianggap hina oleh banyak orang, ia tetap berjalan dengan teguh di sepanjang tepi jalanan, mencari cara untuk tetap bernapas di dunia yang keras ini.
Penerimaan dan Kebijaksanaan
Kakek tua ini menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan penuh dengan perjuangan dan kesabaran. Meskipun harus mengais dari tangki sampah dan mengambil sisa-sisa makanan, beliau tetap menunjukkan wajah yang tenang. Wajah yang telah berserah-terima kepada alam, menunjukkan bahwa perjuangannya kini telah tuntas dan dia telah mencapai titik penerimaan dalam hidupnya.
Refleksi di Akhir Perjalanan
Melalui puisi ini, kita diajak untuk melihat lebih dalam pada diri sendiri dan merenungkan segala hal yang telah kita lalui. Segala sesal pada masa lalu mungkin telah berakhir, tetapi semangat untuk terus melangkah tetap harus kita jaga. Kadang, senyum yang terukir di wajahnya entah itu bahagia atau derita, mengingatkan kita bahwa hidup adalah tentang menerima dan menghargai setiap momen yang ada.
Saya berharap puisi "Si Kakek Tua" ini dapat memberikan inspirasi dan pelajaran berharga bagi kita semua. Mari kita baca bersama dan menyelami makna mendalam yang terkandung di dalamnya.
Dengan penuh kasih, Titto Telaumbanua
Si Kakek Tua
Karya : Titto Telaumbanua
Ketika nasib telah berbicara
Kakek tua itu hanya dengan pasrah
Menerima apa yang telah digariskan
Berjuang untuk tetap bernapas
Mengutip benda-benda hina untuk
dijual
Menapak jejak sepanjang tepi jalanan
Menggerai tangki sampah
Seraya mengasakan juluran kemasan makan malam
Lihat dia!
Lihat mukanya!
Dia telah berserah-terima kepada alam
Perjuangannya sudah tuntas
Sekarang dia menikmatinya
Segala sesal pada masa lalunya telah berakhir
Semangatnya adalah sisaan dari air mata
Sesekali wajahnya mengukir senyuman
Entah itu bahagia atau derita
No comments:
Post a Comment