12 hari melawan hati

Aku sangat percaya bahwa cinta adalah anugerah Tuhan.

“Eh, btw bulan depan kita anniversary ke 2 tahun lho.” Dia mengingatkanku dengan hari jadian kami.
“Hehehehh... iya.”

Aku pacaran dengan seorang gadis cantik, manis dan jenong. Selama 2 tahun ini kami baik-baik saja. Hanya saja, satu-satunya yang menjadi masalah adalah kami beda iman. Dia seorang pengagum kota Mekkah, sedangkan aku pemakai kalung salib.

Kami membangun hubungan atas dasar saling suka dan tanpa memikirkan tujuan akhir. Kelihatan sekali, sebego apa kami memaknai kata ‘sayang’. Hubungan kami ini ibarat sebuah usaha yang kami bangun bersama; kami tahu untuk beberapa tahun ke depan usaha kami itu pasti bangkrut, kami akan pisah dan mecari parner lain masing-masing.

Kami berdua percaya bahwa cinta dan jodoh itu diatur sama Tuhan. Kami akan tetap berjalan sampai Tuhan menghentikan cinta itu dengan caraNya sendiri.

“2 tahun itu lama banget tau.”
“Hmm... 2 tahun. Menandakan kalau aku cowok setia.”
“Kamu mah cuman mikir 1 sisi doang. Kamu nggak mikir kalau aku juga?”
“Kamu kan orangnya cepat bosan. Jadi yang bikin kamu setia itu, aku. Hehehhe.”
“Dih... gitu.”
“Kamu mau apa di-anniv kita yang ke 2 tahun ini?”
“Emm... apa ya??”
“Btw, kalo materi aku nggak punya.”
“Trus kamu mau nawarin apa???”
“Tambah setia? Makin sayang? Kan itu bukan bagian dari materi.”
“Emm.... gak ada. Kamu?”
“Gak ada juga.”

Saat itu, kita saling tidak ingin membebani satu-sama lain. Walaupun dalam hati mungkin saling mengharapkan suatu surprise di hari yang spesial itu nantinya.

Beberapa hari setelah itu, terlintas di pikiranku tentang sebuah kata. Bahagia. Bahagia itu sederhana. Sesutu yang kita miliki, trus hilang, trus ketemu lagi, itu sudah membuat kita bahagia. Bahagia sesederhana itu.

12 hari sebelum tanggal spesial itu, aku ngechat dia, “Kamu lagi ngapain?”
“lagi siap-siap mau berangkat kerja.”
“Aku punya satu ide yang menarik.”
“Apa.”
“Sebelum tanggal anniv kita, kita jangan ada komunikasi ya. Kita saling block semua sosmed untuk sementara. 12 hari. Kamu bisa?”
“Hemm...”
“Jadi, kita jangan chatan selama 12 hari. Kayaknya rasa itu akhir-akhir ini makin tumbuh, kita coba untuk berhenti sementara. Ini kesempatan kamu juga menemukan jodoh. Siapa tahu Tuhan mengirimkan jodoh untuk kamu. Gapapa, coba untuk membuka hati aja. Kalau aku sih, paling akan menyibukkan diri dengan hobiku, menunggu sampai 12 hari ke depan.”
“Hem...”
“Gimana, kamu bisa kan?”
“Kamu pengen banget kayaknya?”
“Aku cuman ingin bahagia sih di hari anniv kita nanti.”
“Yaudah. Tapi janji, 12 hari lagi block dibuka ya.”
“Iya.”
“Mulai kapan?.”
“Sekarang.”
“Ya udah”
“Udah?”
“Udah.”
“Yaudah. Bye, i love u”

Ya, hari itu terakhir kali aku menghubunginya, terakhir kali mendapat kabar darinya sebelum hari anniversary kita.

Ini sebuah tantangan yang keren sih. Menantang sepasang hati untuk menyerah pada komitmen. Berani mengambil resiko yang melibatkan hati. Kalau masih memiliki rasa, kita berdua mendapatkan surprise di hari anniv. Tapi, kalau rasa itu hilang, mungkin di chattan terakhir itu aku terakhir mencintainya.

Untuk hati yang sedang diuji, selamat menanti.

26.10.2018

Mungkin Kamu Suka

Patah Hati dalam Rangkaian Kata: "Patah Hati Yang Kau Berikan"

Selamat datang para pembaca setia, Kali ini, mari kita tertawa sedikit meskipun membahas sesuatu yang serius. Kita akan membahas puisi yan...