"WAKTU" puisi tentang apa yang saya butuh

Saya bukan orang yang suka berpuisi. Saya juga tidak pinter di pelajaran bahasa Indonesia. Tapi, di beberapa situasi, saya kadang suka mendengarkan atau membaca puisi yang berkaitan dengan kehidupan saya. Agak luci sih dengarnya. Gak suka tapi kadang-kadang. Gak tau lah, itu namanya apa. Yang pasti pas lagi nulis paragraf pertama ini, saya lagi ngopi di tepi danau sunter.

Kemudian saya lanjut menulis paragraf kedua ini di warung kopi tempat biasa saya nongkrong, sambil menikmati segelas kopi dan terik matahari yang sedang merayap di punggung saya. Bentar, tirainya saya turunin dulu.

Oke. Kita masuk ke topik. Saya menulis puisi ini setelah kepulangan saya dari kampung bulan Desember kemarin. Seperti cahaya ilahi yang merasuki tubuh saya, kemudian merambat ke otak dan perasaan, dan berujung pada kedua jempol tangan untuk ditumpahkan semuanya ke catatan hp dalam bentuk kalimat-kalimat indah, dan itu saya sebut puisi.

Ehm. Mungkin kalimatnya saya tulis lebih ringan untuk mudah dicerna. Jadi saya nulis puisi ini sesuai dengan apa yang saya rasakan setelah kepulangan saya dari kampung bulan Desember kemarin.

Yaaa, gitu lah pokoknya.

Waktu saya pulang kampung itu, saya mendapat banyak kejutan. Mulai dari perubahan yang saya lihat, segala tamparan yang berupa nasehat, dan juga sekumpulan janji yang teringat kembali saat itu. Seolah pikiran saya mengantar saya kembali ke masa lalu, ketika saya masih dalam sebuah tempurung, dan di dalam sana saya teriak tentang segala mimpi yang ingin saya gapai. Indah sekali.

Ketika saya kembali lagi di tempat ini, saya  tersenyum dan mengingat kembali apa yang terjadi. Seperti mimpi. Saya pulang kampung dan segala yang saya rasakan itu seperti mimpi. Durasinya gak berasa.

Dari mimpi saya yang berupa kejutan itu, saya mencoba membuatnya dalam puisi. Sesuai dengan realita yang saya rasakan saat ini.
***

Waktu

Sebuah dilema yangk tak tunanti
Datang. Mendekat menghampiri
Satu ikrar yang kubisikkan
Lewat. Berlalu dan terlupakan

Aku tersenyum. Lambang aku mengalah
Merelakan waktu yang menjadi nakhoda
Waktu yang akan jadi tuan
Aku tak membantah

Ini tentang waktu
Jika aku merenung
Aku akan terpenjara
Terjebak dalam khayalanku
Khayalku. Tak pernah akur denganku

Sang waktu,
Aku mencoba terlelap
Tidur nyenyak di pangkuan waktu
Walaupun aku sadar
Keinginanku, bukan tentang tidur
Tapi itu yang aku butuh

"Titto Telaumbanua"

***

Saya membuatnya juga dalam bentuk video. Komentar dan kritiknya saya tunggu.


***
Terima kasih telah berkunjung. 🙂🙂🙂🙂🙂
#lanjutngopi

No comments:

Post a Comment

Mungkin Kamu Suka

Patah Hati dalam Rangkaian Kata: "Patah Hati Yang Kau Berikan"

Selamat datang para pembaca setia, Kali ini, mari kita tertawa sedikit meskipun membahas sesuatu yang serius. Kita akan membahas puisi yan...