Tomi terbangun
jam 4.48 pagi, sebelum alarm berbunyi. Tadi malam sebelum dia tidur, dia
memasang alarm jam 5 pas di HPnya.
Dia mengambil HP
dan tiduran kembali. “Waktuku masih ada 12 menit lagi,” gumam Tomi dalam hati
sambil memainkan HPnya.
Beberapa menit
kemudian, dia kembali merasakan ngantuk. Dia membuka alarm HPnya, kemudian mengganti
waktu alarm menjadi jam 5.30, setelah itu dia menutup mata.
Semalam Tomi
baru tidur jam setengah 2 dini hari. Ketika dia pulang kerja, dia terjebak
hujan deras. Terpaksa dia menunggu hujan reda di depan teras tempat kerjanya, karena
dia tidak memiliki mantel hujan. Saat ini memang sedang musim hujan. Tomi baru
sampai di kontrakannya jam 1 malam.
“Waktu tidurku
masih ada setengah jam lagi. Nggak perlu ngopi, nanti aja ngopinya di kerjaan.”
Itu yang ada di pikiran Tomi sebelum dia tertidur.
Tomi bekerja di
sebuah toko bakery kecil yang
karyawannya hanya 3 orang. Hari ini Tomi mendapat giliran masuk pagi sendirian,
jam 6.15. kedua temannya masuk jam 2 siang. Jadi, pagi ini, Tomilah yang
bertanggung jawab di toko tempat dia bekerja.
Pekerjaan pagi
di tempat kerja Tomi sebenarnya tidak berat. Hanya mengangkat roti dan bahan-bahan
baku yang diantar oleh supir, kemudian membungkus roti dan melayani costumer yang berbelanja.
Tapi, supir yang
mengantar roti dan bahan-bahan baku itu selalu datang tepat waktu. Jika supir
datang sebelum karyawan toko yang masuk pagi datang, barang-barang akan
ditinggalkan begitu saja di depan toko, kemudian keadaan toko yang masih
tertutup akan difoto, dia akan melapor bos, besoknya karyawan toko akan
dikenakan SP dengan alasan telat, dan akhirnya berujung pada gaji yang akan
dipotong.
Hari-hari
biasanya kalau Tomi masuk pagi, dia bangun 5.40. Dia langsung mandi, berangkat
kerja jam 6 pas, dan sampai di toko jam 6.15 pas. Tempat kerja Tomi tidak
begitu jauh dari kontrakannya.
***
Tomi terbangun
jam 6.48.
Tomi langsung
melek, dia sadar kalau dia telat bangun. Dia menyalakan HP yang berada di
sebelah kanan kepalanya. Dia kaget melihat jam dan langsung berdiri. “Mati
aku.” 2 kata yang keluar dari mulut Tomi dengan nada kecil.
Tomi langsung
mengambil celana panjang yang digantung di belakang pintu kamarnya. Saking
paniknya dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Beberapa detik
setelah itu, dia menjatuhkan celana yang barusan dia ambil, kemudian dia
mengambil handuk dan langsung menuju kamar mandi.
“Mandi atau cuci
muka aja?” Pertanyaan sederhana muncul di dalam otaknya.
Dengan cepat dia
mengambil keputusan, hanya menggosok gigi dan mencuci muka alakadarnya.
Dengan
terburu-buru, Tomi keluar dari kamar mandi, masuk ke dalam kamarnya, dan
berpakaian. Dia mengambil helm dan langsung berangkat kerja.
Selama di
perjalanan, yang ada di pikiran Tomi hanya 1; sampai di tempat kerja.
Hanya dalam
beberapa menit, Tomi sampai di toko. Di depan toko, dia melihat tumpukan
barang-barang yang ditinggalkan supir. Suasana hatinya masih sangat kacau saat
itu. Konsekuensi yang akan diterimanya melayang-layang di atas kepalanya.
***
Sekitar jam 8
pagi, ketika Tomi sedang membukus roti, supir datang dengan mobil boxnya.
“Surat tanda
terima barang bro!!” supir teriak
dari dalam mobil yang kacanya dibuka.
Tomi melihat ke
arah datangnya suara. Dia mengenali mobil yang berhenti di depan tokonya, tapi
tidak mengenal supirnya. Tomi berlari membawa kertas ke arah mobil itu. “Sorry bang, tadi saya telat,” kata Tomi
meminta maaf sambil menyodorkan kertas yang diminta supir baru itu.
Supir itu
menyahut, “Gapapa bro, santai aja.
Namanya juga manusia.”
Tomi bertanya,
“Abang baru?”
“Iya. Baru 3
hari yang lalu.”
Tomi masuk
kembali ke dalam toko dengan hati lega, semua kekacauan yang ada di dalam
pikirannya hilang. Dia merasa aman karena supir pagi ini supir baru. Dia
kembali melanjutkan pekerjaannya.
***
No comments:
Post a Comment