Chairil Anwar, ikon sastra Indonesia, selalu berhasil menyentuh hati melalui puisi-puisinya yang penuh dengan perasaan mendalam. Salah satu karyanya, "Kawanku dan Aku," adalah cerminan dari kepedihan dan perjuangan dalam kehidupan yang penuh liku. Melalui kata-kata yang sederhana namun kaya makna, Chairil mampu menyampaikan kesendirian dan ketidakberdayaan dalam menghadapi cobaan hidup.
Dalam puisi ini, kita dihadapkan pada gambaran dua sahabat yang berjalan bersama dalam kegelapan dan hujan, menggambarkan perasaan terasing dan terjebak. Melalui baris-barisnya, Chairil menyiratkan bagaimana manusia terkadang terpaksa menerima nasibnya tanpa daya untuk merubahnya, serta mengajak pembaca untuk merenungi makna dari setiap langkah yang diambil dalam hidup ini.
Kawanku dan Aku
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut.
Hujan mengucur badan.
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan.
Darahku mengental-pekat. Aku tumpat-pedat.
Siapa berkata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga.
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali
Hingga hilang segala makna
Dan gerak tak punya arti.
No comments:
Post a Comment