Mengingat Pengorbanan dalam Puisi "Karawang-Bekasi"
Salam hangat kepada para pembaca setia,
Kali ini, saya ingin mempersembahkan sebuah puisi yang menggugah dan penuh dengan makna tentang pengorbanan para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Puisi ini adalah karya Titto Telaumbanua yang berjudul "Karawang-Bekasi". Melalui kata-kata yang penuh emosi, puisi ini mengajak kita untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perang.
Pengorbanan di Antara Karawang-Bekasi
Puisi ini menggambarkan bagaimana para pahlawan yang kini terbaring di antara Karawang dan Bekasi tidak lagi bisa berteriak "Merdeka" atau mengangkat senjata. Namun, meski telah tiada, semangat mereka masih bergema dan terbayang dalam hati yang berdegap. Dalam keheningan malam, mereka berbicara kepada kita, mengingatkan bahwa mereka telah mati muda dan kini hanya tinggal tulang belulang yang diliputi debu.
Mengingat dan Menghargai
Sang penyair mengajak kita untuk selalu mengenang dan menghargai pengorbanan para pahlawan. Mereka telah memberikan jiwa mereka untuk perjuangan, namun pekerjaan mereka belum selesai. Meskipun tulang-tulang mereka berserakan, nilai perjuangan mereka adalah milik kita. Kita yang harus menentukan apakah jiwa mereka melayang untuk kemerdekaan, kemenangan, dan harapan, atau tidak untuk apa-apa.
Penerus Perjuangan
Puisi ini juga mengingatkan kita bahwa kini giliran kita yang harus meneruskan perjuangan para pahlawan. Kita harus menjaga semangat mereka, menjaga pemimpin-pemimpin bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Sjahrir. Mereka yang kini telah menjadi mayat meminta kita untuk memberikan arti pada pengorbanan mereka, berjaga di garis batas pernyataan dan impian, dan terus mengingat jasa-jasa mereka.
Refleksi Akhir
Puisi "Karawang-Bekasi" ini adalah sebuah panggilan untuk kita semua agar tidak pernah melupakan pengorbanan para pahlawan. Mari kita renungkan setiap bait yang penuh dengan makna ini, dan jadikan pengingat bagi kita untuk selalu menghargai dan meneruskan perjuangan mereka demi masa depan yang lebih baik.
Selamat menikmati dan meresapi puisi "Karawang-Bekasi".
Dengan penuh kasih, Titto Telaumbanua.
Karawang-Bekasi
Karya : Titto Telaumbanua
Kami yang kini terbaring antara
Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi
mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di
malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk
kemerdekaan, kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di
malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
No comments:
Post a Comment