Salam hangat kepada para pembaca setia,
Kali ini, saya ingin berbagi sebuah puisi yang penuh dengan perasaan mendalam dan sentuhan komedi, karya dari Wilhelmus Telaumbanua, berjudul "AkuMenyerah". Melalui bait-bait yang penuh makna dan sedikit sentuhan humor, puisi ini menggambarkan perasaan seorang pemuda yang merasakan kerapuhan hati dan tantangan hidup yang dihadapinya.
Hati yang Rapuh dan Gemanya
Puisi ini dimulai dengan gambaran hati yang rapuh dan gemanya yang melepuh di telinga. Sang penyair mempertanyakan apakah rasa malu sudah tidak terpikirkan lagi, meskipun dirinya terlahir sebagai jejaka perkasa. Ini menggambarkan perasaan kerapuhan yang sering kali tersembunyi di balik penampilan yang kuat.
Semangat dan Pertanyaan
Dengan nada yang penuh semangat, sang penyair mengajak pemuda untuk mengingat kembali semangat Bung Karno. Ia menggambarkan betapa setetes keringat pun disayangkan dan otot pun tidak bisa dituntun. Sang penyair kemudian bertanya dengan mulut penuh kata derita, apakah pemuda tersebut sudah merasa lelah. Ini menggambarkan tantangan hidup yang sering kali membuat kita merasa lelah dan kehilangan semangat.
Laki-laki Paruh Baya dan Tanggung Jawab
Puisi ini juga menggambarkan sosok laki-laki paruh baya yang menjadi penunggu senja terbenam. Laki-laki ini gemar memikul cangkul hingga surya menjadi sahabatnya. Sang penyair menyatakan dalam hatinya bahwa laki-laki tersebut sungguh kuat, melupakan segala pilu derita dan melawan takdir tanggung jawab hidup. Ini menunjukkan kekuatan dan keteguhan hati dalam menghadapi hidup.
Perbandingan dan Rasa Malu
Sang penyair kemudian membandingkan kekuatan antara pemuda dan laki-laki paruh baya tersebut. Ia menyatakan bahwa jika dirinya adalah pemuda tersebut, ia akan merasa sangat malu untuk mengakuinya, apalagi jika ayahnya tahu. Ini menggambarkan perasaan malu yang timbul ketika kita merasa tidak mampu menghadapi tantangan hidup seperti yang seharusnya.
Refleksi Akhir
Puisi "Aku Menyerah" ini adalah sebuah karya yang penuh dengan perasaan mendalam dan sedikit sentuhan humor. Melalui bait-bait yang penuh makna, Wilhelmus Telaumbanua berhasil menyampaikan perasaan kerapuhan dan tantangan hidup yang sering kali kita hadapi. Mari kita renungkan setiap bait puisi ini dan menemukan makna mendalam di dalamnya, sambil menikmati sedikit bumbu komedi yang membuat pembaca nyaman dan tertarik.
Selamat menikmati dan meresapi puisi "Aku Menyerah".
Aku menyerah
Karya: Wilhelmus Telaumbanua
Sungguh hati yang rapuh
Gemanya melepuh di telingaku
Apakah malu tak terpikirkan lagi?
Terlahir sebagai jejaka perkasa
Hey pemuda!
Mana semangat Bung Karno-mu?
Setetes keringat pun kau sayangkan
Hingga otot pun tak bisa kau tuntun
Dengan mulut penuh kata derita
Aku bertanya kepadamu
Apakah kamu sudah lelah?
Aku telah melihat laki-laki itu
Pria paruh baya
Penunggu senja terbenam
Gemar memikul cangkul
Hingga surya sebagai sahabatnya
Dalam hatiku berkata:
Sungguh laki-laki yang kuat
Melupakan segala pilu derita
Melawan takdir tanggung jawab hidup
Siapa lebih kuat?
Kau atau dia?
Jika aku adalah kamu
Aku sangat malu mengatakan itu
Apalagi jika ayahku tahu
Silahkan menonton video musikalisasi dari puisi Aku menyerah.
No comments:
Post a Comment