Ibu: Malaikat Penyayang yang Selalu Siap Membuat Kita Tersenyum

Siapa yang tak mengenal sosok ibu? Dalam puisi "Ibu" karya Titto Telaumbanua ini, kita bisa merasakan betapa besar cinta dan kasih sayang seorang ibu. Namun, mari kita lihat sisi komedi dari puisi ini, karena siapa bilang mengingat kenangan indah tentang ibu tidak bisa sambil tersenyum dan tertawa?

"Di kala waktu berputar ke belakang," bayangkan Anda sedang berada di mesin waktu dan memutar balik kehidupan. Tapi, bukannya menuju masa kecil yang penuh kenangan manis, Anda malah mendarat di tengah perdebatan ibu dan ayah tentang siapa yang lupa membuang sampah. Ah, nostalgia memang kadang penuh kejutan!

"Ada rindu yang terlintas pada orang yang kusebut malaikat," adalah momen di mana Anda merasa rindu pada ibu, terutama saat Anda mencoba memasak masakan favorit dan hasilnya malah seperti eksperimen sains yang gagal. Ya, masakan ibu memang tak tergantikan.

"Kian mundur tepat di masa kecilku," ketika Anda ingat bagaimana ibu selalu tahu cara menghibur Anda saat Anda sedih. Kadang dengan pelukan hangat, kadang dengan memberikan uang jajan tambahan. Hayo, siapa yang pernah merasakan keajaiban ini?

"Sejatinya cinta adalah ibu," benar sekali! Tapi, cinta ibu juga termasuk dalam bentuk marah-marah saat Anda pulang terlalu malam atau lupa membawa payung di musim hujan. Ya, cinta ibu memang penuh warna.

"Sesempurna doa adalah untaian kalimat sujud ibu," yang artinya ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kita. Namun, ada kalanya doa ibu juga berupa, "Semoga anakku cepat sadar kalau nonton TV semalaman itu nggak baik!" Ah, ibu memang tahu yang terbaik.

"Kini aku dewasa dan jauh di samping ibu," adalah momen di mana Anda merasakan betapa berartinya nasihat ibu. Seperti saat Anda baru menyadari pentingnya sarapan setelah bertahun-tahun makan mi instan sebagai pengganti sarapan sehat. Ibu memang selalu benar, kan?

"Mencari definisi hidup yang masih abu-abu," adalah fase hidup yang kita semua hadapi. Tapi tenang saja, ibu selalu siap dengan nasihat bijaknya, seperti, "Jangan lupa bawa jaket, nanti masuk angin!" atau "Makan yang banyak, biar nggak kurus!"

"Dengan harapan aku pulang membawa senyum," itulah yang ibu inginkan. Bahwa di akhir hari, kita bisa pulang dan berbagi kebahagiaan dengannya. Karena bagi ibu, tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat anaknya bahagia.

Ibu
Karya: Titto Telaumbanua

Di kala waktu berputar ke belakang
Ada rindu yang terlintas pada orang yang kusebut malaikat
Penuh kasih sayang
Senyum di wajahnya adalah kekuatan

Kian mundur tepat di masa kecilku
Peluk hangat dan nyaman terasa padaku
Sayap pelingung seorang ibu
Makhluk sempurna Tuhan yang sedang ku rindu

Sejatinya cinta adalah ibu
Rumah paling nyaman adalah pelukan ibu
Sesempurna doa adalah untaian kalimat sujud ibu
Segalanya, ibu ...

Kini aku dewasa dan jauh di samping ibu
Mencari defenisi hidup yang masih abu-abu
Membawa petuah darimu
Dengan harapan aku pulang membawa senyum

***

Silahkan menonton video musikalisasi dari puisi "Ibu".


No comments:

Post a Comment

Mungkin Kamu Suka

Patah Hati dalam Rangkaian Kata: "Patah Hati Yang Kau Berikan"

Selamat datang para pembaca setia, Kali ini, mari kita tertawa sedikit meskipun membahas sesuatu yang serius. Kita akan membahas puisi yan...