Kisah Cinta yang Berujung Luka dalam Puisi "Cerita Kita Yang Berujung Sakit"

Kali ini, saya ingin berbagi sebuah puisi yang penuh dengan kisah cinta yang mendalam dan berakhir dengan luka, karya dari Titto Telaumbanua, berjudul "CeritaKita Yang Berujung Sakit". Melalui kata-kata yang penuh emosi dan makna, puisi ini menggambarkan perjalanan cinta yang indah namun pada akhirnya harus berakhir dengan patah hati.

Kisah Cinta yang Penuh Harapan

Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang kesiapan untuk merelakan waktu yang mengacaukan skenario cinta yang diinginkan. Sang penyair dengan penuh kesadaran menerima realitas dan keadaan yang pada akhirnya akan memberikan patah hati yang hebat. Ini menggambarkan betapa sulitnya menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.

Perjalanan yang Tak Terduga

Sang penyair mengungkapkan bahwa mereka tidak pernah menyangka akan menyusun cerita sejauh ini dan jatuh sedalam-dalamnya hingga terjebak di sana. Awalnya, mereka hanya menikmati cerita pendek dan sementara, namun waktu terus berjalan dan mereka mengabaikan banyak alarm yang seharusnya menjadi pengingat untuk berhenti dan beralih ke cerita lain.

Penulis yang Hebat

Dalam puisi ini, sang penyair menggambarkan bahwa mereka adalah penulis yang hebat, merangkai alinea-alinea sempurna hingga lembar demi lembar cerita terus ada dan semakin panjang. Namun, mereka menyadari bahwa cerita yang ditulis tidak akan berakhir dengan bahagia, melainkan sebaliknya. Dua tokoh utama yang tidak akan pernah bisa menyatu pada akhirnya, karena perbedaan yang tak pernah bisa dilewati.

Perbedaan yang Tak Teratasi

Sang penyair menggambarkan perbedaan yang tak teratasi antara dirinya yang selalu memakai gelang salib di tangan dan kekasihnya yang tekun pada salat lima waktu. Keadaan ini harus mereka relakan meskipun sakit yang harus dirasakan begitu hebat. Ini menunjukkan betapa sulitnya menghadapi perbedaan yang tak bisa diubah dalam hubungan cinta.

Keindahan dan Kesedihan

Meskipun ada perbedaan pendapat, mereka memilih untuk saling mengalah, dengan waktu sebagai pemadam kekesalan dan rindu yang kembali mengeratkan. Mereka menjalani cerita panjang yang penuh dengan kebahagiaan sederhana, namun sadar bahwa pedih yang sangat sakit sedang menunggu di depan mereka dan akan menghampiri ketika masanya tiba.

Refleksi Akhir

Pada akhirnya, sang penyair menerima kenyataan bahwa mereka akan terpisahkan dan masing-masing harus mencari sandingan baru. Mereka menyadari bahwa mungkin akan sulit untuk jatuh cinta kembali dan butuh waktu lama untuk menyembuhkan luka. Namun, mereka tetap berharap dan berdoa agar mantan kekasihnya menjadi orang paling bahagia meski sudah tidak bersama.

Penutup

Puisi "Cerita Kita Yang Berujung Sakit" ini adalah sebuah karya yang penuh dengan emosi dan makna mendalam tentang perjalanan cinta yang berakhir dengan luka. Melalui bait-bait yang penuh dengan kejujuran dan ketulusan, Titto Telaumbanua berhasil menyampaikan perasaan yang mungkin pernah kita rasakan dalam kehidupan kita. Mari kita renungkan setiap bait puisi ini dan menemukan makna mendalam di dalamnya.

Selamat menikmati dan meresapi puisi "Cerita Kita Yang BerujungSakit".

Cerita Kita Yang Berujung Sakit

Oleh: Titto Telaumbanua

Bilamana waktunya akan datang, aku sudah siap. Aku siap merelakan waktu mengacaukan skenario yang sebenarnya kita inginkan. Kita hanya berpasrah pada realitas, berpasrah pada keadaan yang nantinya akan memberi patah. Iya, mungkin ini akan menjadi patah hati paling hebat yang pernah kita rasa.

Mulanya kita tidak pernah menyangka, bahwa kita akan menyusun cerita sejauh ini. Sejatuh ini, jatuh sedalam-dalamnya hingga kita terjebak di sana. Awalnya kita hanya sebatas menikmati cerita, kita mengira hanya cerita pendek dan sementara.

Dan waktu terus berjalan. Kita mengabaikan banyak alarm, pengingat cerita harusnya usai, berhenti dan beralih pada cerita lain.

Ternyata kita penulis yang hebat. Kita merangkai alinea-alinea sempurna, hingga lembar demi lembar terus ada dan semakin panjang.

Tapi, apakah cerita yang kita tulis akan berakhir dengan ending bahagia? Tidak. Malah akan menjadi sebaliknya. Dan kita tahu itu.

Dua tokoh utama yang tidak akan pernah bisa menyatu pada akhirnya, tidak pernah dan tidak akan pernah. Peredaan yang tak pernah ada sejarah melewati batas jembatan akhir, dan kita mungkin akan merasakannya.

Kamu yang tekun pada salat 5 waktu tidak mungkin bisa merangkai kisah berikutnya dengan aku yang setiap harinya memakai gelang salib di tangan. Keadaan yang harus kita relakan, sakit yang harus kita rasakan, dan patah sepatah-patahnya yang harus kita lewatkan.

Entah mengapa, hati selemah ini bertahan pada rasa yang harusnya tidak sejauh ini. Hanya dengan tatapan mata dan senyum milikmu itu, bagiku bisa melelehkan baja sekalipun. Bersama dengan tingkahmu yang selalu bisa beradaptasi dengan sifatku, maumu yang tidak macam-macam, kau mampu bersanding denganku yang sederhana.

Sekalipun ada perbedaan pendapat, kita memilih untuk saling mengalah. Waktu yang akan berperan sebagai pemadam kekesalan, dan rindu yang kembali mengeratkan. Kurang sempurna apa cerita yang kita buat?

Kita menjelajahi seluruh isi kota, mencari makanan pinggiran dan bercerita di sana. Kita berteduh di bawah teras rumah orang, sembari menunggu hujan reda. Lagi-lagi 1 paragraf dari cerita kita rampung kala itu.

Romantis yah ... Kata mereka. Tapi kita bilang tidak juga.

Kita hanya menunda pedih, pedih yang sangat sakit, yang sedang menunggu di depan kita, dan akan menghampiri ketika masanya tiba.

Dan ... Ketika masa itu nanti tiba, aku masih belum bisa memberi bayangan pasti. Aku belum bisa memberi bayangan sakit dari patahnya. Aku belum bisa memberi bayangan keadaan seperti apa. Apa kamu bisa bayangin?

Kita 2 orang yang saling berbagi kasih sempurna, akhirnya terpisahkan. Kita akan mencari sandingan baru masing-masing untuk kembali menetap di sana. Belum tentu sepeti kamu.

Mungkin juga kita akan susah mencarinya. Dengan patah yang paling hebat itu, bisa jadi ... Pandangan kita tentang hati dan jatuh cinta akan berubah.

Mungkin kita akan susah untuk jatuh kembali, kita susah membuka hati, dan butuh waktu lama untuk sementara sendiri. Yah ... mungkin begitu.

Atau bila kita cepat menemukan yang tepat setelah ini, ceritanya akan beda lagi. Kita akan berdamai dengan segala masa lalu, cerita yang telah menjadi kenangan, tinggal kenangan.

Kamu dan aku menjadi 2 orang yang sebatas kenal, yang mungkin untuk sekadar bertanya kabar, kita mikir 2 kali. Kita menjalani hidup masing-masing Tidak ada lagi kata peduli, dan bahagiamu bukan lagi bahagiaku.

Bagiku tidak apa-apa. Aku tahu memang begitu nanti jadinya. Garis takdir tidak bisa kita ubah, tradisi tidak boleh kita lawan.

Nanti, Kamu akan menjadi satu-satunya kenangan yang tak akan terlupakan. akan terkenang setiap saat, mungkin sampai hari tua.

Sejarahku banyak terbentuk dengan saksinya kamu, bagaimana mungkin aku lupa? Mungkin bila suatu saat aku menulis tentang perjalananku, namamu akan banyak tercantum. Boleh, kan?

Aku akan berdoa untukmu, agar kamu menjadi orang paling bahagia Setelah nanti sudah tidak bersamaku. Aku akan menyusun bait-bait doa seindah mungkin, agar Tuhan cepat mengabulkannya. Sekalipun nanti kamu yang bahagia atas doaku, dan bukan lagi menjadi bahagiaku, paling tidak aku pernah bersamamu, dan namaku pernah terukir di hatimu.

Kita pernah membuat cerita panjang, walau berakhir dengan patah. Terima kasih telah mampir.

 ***

Silahkan menonton video musikalisasi dari puisi Cerita Kita Yang Berujung Sakit (KLIK).


 

 

 

Mungkin Kamu Suka

Patah Hati dalam Rangkaian Kata: "Patah Hati Yang Kau Berikan"

Selamat datang para pembaca setia, Kali ini, mari kita tertawa sedikit meskipun membahas sesuatu yang serius. Kita akan membahas puisi yan...